Hafal 20 Juz, Punya Lembaga Kaligrafi

Kendati hanya diikuti 10 wisudawan, tapi wisuda perdana yang digelar Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Al-Quran (STAIDA) Payakumbuh, Senin (15/6), sungguh mengagumkan.

Betapa tidak, 10 wisudawan yang meraih gelar sarjana pada hari itu, ternyata mampu menghafal 6 hingga 20 juz Al Quran. Siapa saja mereka? Suara Maharnis Zul, terdengar bergetar saat menceritakan sejarah berdirinya Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Al Quran (STAIDA) di Payakumbuh.

Maharnis bercerita bukan dalam kapasitasnya sebagai anggota DPRD. Tapi sebagai salah seorang pengurus Yayasan Darul Al Quran, yayasan yang menaungi STAIDA Payakumbuh.

“STAIDA diresmikan Gubernur Sumbar Prof Irwan Prayitno, lima tahun silam,” kata Maharnis Zul, saat berpidato dalam acara wisuda perdana STAIDA Payakumbuh di ruang serbaguna MAN 2, kawasan Balai Nan Duo, Nagari Koto Nan Ompek, Senin siang (15/6).

Maharnis menceritakan, kehadiran STAIDA di Payakumbuh tak lepas dari obsesi wali kota saat itu, Josrizal Zain.

“Waktu itu, Wali Kota Josrizal Zain terobsesi mencetak insan-insan yang Qurani. Saat Payakumbuh menjadi tuan rumah MTQ tingkat Sumbar, beliau menyampaikan kepada kami yang menjabat Kabag Kesra, bagaimana kalau di Payakumbuh, kita dirikan sekolah tinggi yang bisa mencetak para hafidz-hafidzah dan qori-qoriah,” kata Maharnis.

Rupanya, gagasan Josrizal Zain disambut hangat berbagai kalangan. Terutama, mereka yang peduli dengan perkembangan pendidikan agama Islam di kota ini. Sehingga, lahirlah Yayasan Darul Quran yang menaungi STAIDA.

“Setelah yayasan berdiri, muncul berbagai dilema. Ruangan tak ada, gedung tak ada. Untung, ada Yayasan MTI Engku Lakuang yang bersedia meminjamkan ruangan. Setelah itu, STAIDA dibantu Pemko Payakumbuh Rp 600 juta, sehingga bisa membuat ruangan belajar dan gerbang,” kata Maharnis.

Setelah punya ruangan belajar, STAIDA pun mulai menerima mahasiswa baru.

“Awalnya, ada 37 orang yang mendaftar. Tapi hari ini, tinggal 10 orang yang diwisuda sebagai angkatan pertama. Namun, kita syukuri. Karena STAIDA yang hampir tenggelam, masih bisa bertahan hingga usia 5 tahun. Dan masih bisa melakukan wisuda perdana. Walau dalam kondisi serba terbatas,” tukuknya.

Walau STAIDA sudah bisa melakukan wisuda perdana, namun untuk ke depan, menurut Maharnis, tetap dibutuhkan perhatian dari seluruh pihak, tidak terkecuali pemerintah dan DPRD.

Maharnis menambahkan, pada 2014-2015 pemko bersama DPRD sudah mengalokasikan anggaran untuk STAIDA. Tapi karena adanya aturan yang melarang pencairan dana hibah, anggaran tersebut belum bisa dicairkan, hingga sekarang.

Senada dengan Maharnis Zul, Ketua STAIDA Payakumbuh Ahmad Deski, juga berharap dukungan dari semua elemen di Payakumbuh. Menurutnya, STAIDA yang sudah berusia 5 tahun memiliki perbedaan dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta lainnya di Sumbar.

Di antaranya, kata Ahmad Deski, seluruh lulusan STAIDA sudah memiliki hafalan Al Quran, minimal 6 juz. Bahkan ada yang hafal 10 hingga 20 juz Al Quran.

Selain sudah hafal 6 juz Al Quran, lulusan STAIDA memiliki ilmu-ilmu yang terbilang langka di Sumbar, termasuk ilmu Qirotil Al-Quran dan Nazzam (Seni Baca Al Quran).

Bahkan, STAIDA juga memiliki Lembaga Tahfidz dan Tahdil Al Quran yang dipimpin qori internasional Insan Nuzullah dan hafidz 30 juz Al Quran Muhammad Ridha.

”Mahasiswa STAIDA juga punya ciri khas, berupa keterampilan kaligrafi. Di mana, dosennya adalah juara nasional bidang kaligrafi. Terkait dengan dosen STAIDA, dari 29 dosen yang ada, 12 merupakan dosen tetap. Dari 12 dosen itu, 9 orang sudah memilik Nomor Induk Dosen Nasional. STAIDA juga sudah melewati proses akreditasi di BAN-PT. Sehingga, kualitas lulusan STAIDA diakui pemerintah,” kata Ahmad Deski.

Deski menyebutkan, STAIDA pada tahun ini akan kembali menerima mahasiswa baru. Masyarakat yang ingin memiliki anak-anak hafidz Al Quran dan mahir bahasa Arab, bisa mendaftarkan diri di kampus STAIDA.

Pada bagian lain, Ketua Panitia Pelaksana Wisuda Perdana STAIDA Payakumbuh Syafril SIQ SAG, menyebutkan, 10 mahasiswa STAIDA yang mengikuti wisuda perdana pada tahun ini adalah Rozi Pratama Putra, Delminar, Ardhonil Arbi, Hayatul Chairi, Herida Susiana, Miftahul Akyar, Rusnita, Nurwahyudi, Febri Wardani, dan Zukni Andrianto.

”Mereka berhak menyandang gelar Sarjana Ilmu Quran. Dua orang tercatat sebagai lulusan terbaik, yakni Ardhonil Arbi untuk jurusan Bahasa Arab dan Eko Nurwahyudi untuk jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir,” kata Syafril yang mantan anggota DPRD dan qori Payakumbuh itu.